Jerit tawa dan tangisnya menghiasi relungan masjid



Kerap kali masjid-masjid di Indonesia dalam nuansa ramadhan penuh kegiatan dan keramaian. Hingga setelah saya melanjutkan study kuliah di salah satu negeri Afrika pun kutemui hal yang sama, meski nampak diantara mereka ada yang lebih terdidik menyejukkan hati mengikuti dengan baik gerakan shalat tarawih yang lumayan panjang.

Salah satunya adalah jerit tawa tangis anak kecil yang saling berlarian kesana kemari. Terkadang seolah belajar menghitung dengan aplikasi jumlah orang dalam satu shaff, berjalan kesana kemari tiada henti, juga terkadang mengikuti kerasnya suara lafadz amin dalam shalat, hingga yang mulai mencoba untuk khusyuk pun terlihat asyik main injak kaki tergoda oleh pancingan temanya, dan masih banyak lagi keunikan-keunikan anak kita ketika ada di masjid, terkhusus dalam nuansa tarawih ramadhan. 

Dalam islam, kita mesti tau bahwa shalat adalah hal yang wajib kita kerjakan setelah syahadatain. Sejalan dengan itu, perlu kita ajarkan bahwa puasa di bulan ramadhan adalah kewajiban. 
Mendatangkan anak kita ketika nuansa seperti itu ke masjid adalah salah satu tarbiyyah kita yang semestinya. Dikarenakan sadar atau tidak anak kita pasti suatu saat akan terbiasa dan seiring berjalan waktu sadar, Nuansa inilah kaum muslimin melaksanakan kewajibanya berpuasa dan melaksanakan shalat serta memperbanyak amalan berupa shalat tarawih atau lebih dekat dengan al quran dengan menperbanyak tilawah. Ya, bersama dengan anak-anak kita. 

Jangan larang mereka riuh ricuh untuk esok tidak usah datang lagi ke masjid,  meski kadang mengganggu. Disitulah tugas kita sebagai pendidik atau "murobbi" sekaligus. Kita didik pelan-pelan hingga seiring berjalanya waktu nanti ia akan mengerti, 
Mengerti akan pentingnya tarbiyyah menjaga syariat. 

Ada sebuah ayat yang berbunyi

 وابتغوا ما  كتب الله لكم

"....dan carilah apa yang telah di tetapkan oleh Allah untuk kalian." Al baqarah 187

Syaikh Fakhruddin utsman Assudani hafidzahullah mengatakan,

Para ulama menafsirkan bahwa ayat ini bermakna mintalah rizki berupa anak. Namun harus dipastikan bahwa anak yang telah Allah rizkikan, terbina dalam tarbiyyah islamiyah dan siap berjuang dalam andil menegakkan syariat islam (iqomatuddin) dikemudian hari.

Disitulah Nabi Ibrahim alaihissalam ketika meminta kepada Allah seorang anak, beliau berkata 

رب هب لي من الصالحين 

"..ya Allah, karuniakanlah kepadaku seorang anak yang salih."  Ash Shaffat 100

ربّ اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء 

"...Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan anak serta cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, dan perkenankanlah doaku wahai Rabbku."
Ibrahim 40


Beliau dalam doanya mendahulukan untuk dirinya menjadi pelaksana shalat, agar tak lalai dalam penyaluran tarbiyah untuk si anak dan cucu generasi setelahnya. Hingga kemudian ia berdoa untuk mereka agar senantiasa menjaga shalatnya, meliputi perkara tepat waktu, tata cara dll untuk tetap dijaga dengan baik. 

Di akhir penghujung doa beliau meminta agar diterima doanya, ibadahnya dan apa yang ia minta kepada Nya. 
Begitulah yang terpapar dalam tafsir Ibnu katsir dan tafsir imam Al baghawi.


Sejatinya, disitulah awal kemuliaan islam terpancar. Menjaga disiplin keras dengan kelembutan penyaluran tarbiyyah kepada si buah hati. Yang kelak akan tetap menjaga kedisiplinan tersebut hingga ke anak cucunya. 
Disitulah kejayaan islam yang telah lama redup akan memancar kembali. 
Sinar-sinar cahaya di waktu subuh akan tetap bercahaya. 
Rembulan yang menghiasi langit akan semakin terpadu terangnya dengan tilawah nan indah oleh lisan anak-anak muda kita nantinya. 
Disitulah pejuang-pejuang islam akan bermunculan! 
Tiada seorang mujahid dari zaman kenabian hingga khilafah setelahnya sampai beberapa generasi sesudahnya, kecuali mereka adalah seorang yang sejak kecilnya menjaga shalatnya, bibirnya basah dengan dzikir, hatinya telah penuh dengan hafalan Kitabullah dan aplikasi sunnah Nabinya. 

Kekuatan iman akan terpancar kuatt didalam dirinya, tiada kata takut ketika orang-orang membencinya mencela. 

Dikarenakan di dalam dada mereka tertanam panji-panji keimanan yang kokoh untuk syariat islam tetap tegak! 

Mulailah.. Mulailah wahai kaum muslimin. Untuk kembali memunculkan sesosok seperti halnya ibnul mubarok. Seorang alim faqih dan ahlu hadits, namun juga seorang mujahid di medan laga melawan musuh tiada gentar. 

Sejatinya rahim seorang perempuan muslimah memiliki hutang besar terhadap sejarah islam.. 
Untuk kembali melahrikan seorang seperti Solahuddin al ayyubi pembebas al quds, layaknya pula seorang ibnu abbas yang pandai dalam segala bidang ilmu islam dari masa kecilnya. 
Semua itu tidaklah lain kecuali dengan didikan keras dan tarbiyyah  kedisiplinan yang telah Islam siapkan.


Khartoum, Sudan. 21 April 2020 M / 28 syakban 1441 H
.
.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer